Plastik merupakan salah satu jenis makromolekul yang dibentuk dengan proses polimerisasi dengan salah satu bahan yang sering digunakan adalah Naphta. Secara garis besar, plastik merupakan senyawa polimer yang penyusun utamanya berupa unsur Karbon dan Hidrogen. Tidak dapat dipungkiri bahwa sedari dahulu hingga saat ini, sampah plastik merupakan topik pembahasan yang tidak ada habisnya untuk dibicarakan. Bermula dari pertumbuhan penduduk yang sangat pesat hingga merambah ke peningkatan volume penggunaan bahan baku rumah tangga, bahkan sampai menjadi ancaman lingkungan. Kini sampah plastik bukanlah sekedar tumpukan sisa kegiatan sehari-hari manusia, melainkan sebuah onggokan tak terkendali yang mengganggu keberlangsungan kestabilan ekosistem. Pendapat serta inovasi terus digaungkan kalangan para ahli maupun kalangan masyarakat guna mengatasi momok bagi lingkungan ini, Nazambi Matee salah satunya.
Nazambi merupakan seorang pengusaha asal Kenya yang membuat inovasi mendaur ulang sampah plastik menjadi batu bata. Sebelumnya, Nazambi pernah mengenyam jurusan ilmu material dan pernah bekerja sebagai insinyur di industri minyak di Kenya, kemudian memilih berhenti pada tahun 2017 dan membangun usahanya sendiri yang bernama Gjenge Makers. Eksperimen Nazambi dimulai saat ia melakukan campuran pasir dan plastik untuk membuat paver. Paver atau concrete block dan sering dikenal sebagai paving block merupakan bahan bangunan yang terbuat dari semen, air, dan agregat sering digunakan pada konstruksi yang sangat ramah lingkungan. Dengan demikian, semen yang biasanya digunakan sebagai material pengikat pada paving block, kini digantikan dengan limbah plastik untuk membuat paving block polimer. Bermodalkan bahan limbah secara gratis dari pabrik pengemasan serta membeli material dari pendaur ulang lain, ia berhasil mengetahui jenis limbah plastik yang baik untuk dijadikan paver.
Pada dasarnya penggunaan material plastik pada bangunan bukanlah sebuah hal baru yang dibuktikan dengan proyek rumah karya Massachusetts Institute of Technology, US tahun 1953. Disebutkan alasan penggunaan material tersebut adalah menciptakan bangunan dengan ketahanan yang lebih lama, perawatan yang lebih mudah, serta sifat plastis plastik yang mudah dibentuk, dapat diproduksi dengan cepat, dan biaya yang murah dengan melakukan daur ulang. Walaupun bukan menjadi pihak pertama yang menciptakan inovasi limbah plastik menjadi batu bata, tetapi Nazambi membuktikan bahwa batu bata dari bahan dasar plastik tersebut mampu menahan dua kali ambang batas berat balok beton. Selain itu, ia juga berhasil mengolah 20 ton limbah dan memproduksi batu bata dengan berbagai macam pilihan warna dan ketebalan bervariasi dimulai dari 30 mm dan 60 mm. Dengan hal ini, Nazambi pun menciptakan mesin yang dapat memproduksi massal hasil inovasinya tersebut. Mesin tersebut merupakan mesin yang akan digunakan untuk mendaur ulang plastik sehingga dengan mesin tersebut diharapkan dapat memproduksi lebih banyak batu bata untuk dijadikan paving block sehingga masyarakat dapat menggunakan batu bata polimer tersebut secara komersial.
Mengingat kembali pernyataan Nazambi dalam proses eksperimen yang membuatnya tahu jenis limbah plastik yang baik untuk diolah, diketahui bahwa terdapat beberapa jenis plastik yang sering menjadi bahan pengolahan. Beberapa diantaranya:
Material plastik memiliki kelebihan sebagai bahan baku pembuatan paver, seperti:
Pada dasarnya dalam proses pembuatan batu bata dengan material plastik dapat melalui proses pencampuran bahan dasar dengan bahan campuran lain, seperti dengan tanah liat dan batu bata atau hanya menggunakan bahan dasar saja, yakni plastik. Berikut adalah langkah kerja proses pembuatan bata plastik:
Inovasi dengan pemanfaatan plastik sebagai pembuatan batu bata juga dilakukan oleh India, Ghana. Batu bata ini disebut sebagai plastiqube, berbentuk seperti lego yang saling mengikat antara satu blok dengan blok lainnya sehingga saling mengunci. Akan tetapi, ditemukan bahwa pengujian kelayakan untuk bangunan masih sedang berlangsung sehingga kemampuan plastiqube masih menjadi abu-abu. Sebab, batu bata plastik harus tetap melewati tahap pengujian kuat tekan yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, misalnya di Indonesia oleh SNI 03-1974-1990 tentang Metode Pengujian Kuat Tekan. Demikian informasi mengenai inovasi batu bata plastik.
Sumber:
Fairuzzia, J. (2019). Plastiqube, Inovasi Batu Bata India dari Sampah Plastik. Diambil dari: https://www.liputan6.com/global/read/4127286/plastiqube-inovasi-batu-bata-india-dari-sampah-plastik
Halim, W., Liauw, F. (2021). Galeri Edukasi Plastik Dengan Pendekatan Metode Perancangan Plastis. Jurnal Stupa. Jakarta Barat. 3.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2018). Mengurangi Penggunaan Tas Belanja Plastik Sekali Pakai. Diambil dari: https://ppkl.menlhk.go.id/website/reduksiplastik/02_doc.php
Rakhmawati, A., Arnandha, Y. (2018). Studi Pembuatan Batu Bata Dari Plastik Daur Ulang PET dan Limbah Bata Tanah Liat. Prosiding SNATIF. Jawa Tengah.
Reksi, M. R., Jati, D. R., Fitrianingsih, Y. (2021). Perbandingan Kuat Tekan Bata Plastik Berjenis Polypropylene (PP), Polyethylene Terephthalate (PET) dan High Density Polyethylene (HDPE). Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah. Kalimantan Barat. 9.
Whiteboard Journal. (2021). Seorang Pengusaha Asal Kenya Mendaur Ulang Plastik Menjadi Batu Bata yang Lebih Kuat dari Beton. Diambil dari: https://www.whiteboardjournal.com/ideas/design/seorang-pengusaha-asal-kenya-mendaur-ulang-plastik-menjadi-batu-bata-yang-lebih-kuat-dari-beton/
Zulfi, E. K., Zainuri., Soehardi, F. (2021). Kualitas Paving Block dengan Menggunakan Limbah Plastik Polypropylene Terhadap Kuat Tekan. Jurnal Teknik. Riau. 15.